Short Selling: Waktunya Ritel Indonesia?

Short Selling: Waktunya Ritel Indonesia?

Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan peluncuran short selling pada 29 September 2025. Namun, implementasi ini masih menunggu persetujuan final dari OJK dan kondisi pasar yang lebih stabil.

Beberapa poin penting yang perlu diketahui:

  • Tahap awal hanya investor ritel berpengalaman yang boleh ikut, sementara asing dan institusi dilarang minimal satu tahun pertama.
  • Baru ada dua sekuritas yang mendapat izin: Semesta Indovest (MG) dan Ajaib Sekuritas (XC).
  • Transaksi short selling dibatasi ketat: hanya untuk 10 saham IDX30/LQ45 dengan batas maksimal 0,03% dari total saham beredar per emiten.

Langkah ini menunjukkan bahwa regulator ingin menjaga pasar tetap aman sekaligus menguji kesiapan investor lokal.

 

Volatilitas IHSG Masih Terasa

Kondisi pasar domestik beberapa pekan terakhir masih cukup labil:

  • 1–4 September 2025: IHSG naik tipis +0,47%, tapi asing mencatat net sell Rp4,18 triliun.
  • 8 September 2025: IHSG anjlok –1,28%, asing kembali jual bersih Rp526 miliar (hari ke-8 berturut-turut net sell).
  • Sepanjang awal September: tanda pelemahan asing jelas, dengan transaksi net sell ratusan juta lembar saham.

Data ini menegaskan bahwa arus modal asing masih fluktuatif, sementara IHSG belum sepenuhnya stabil menghadapi dinamika politik dan ekonomi.

 

Jenis Short Selling

  1. Intraday Short Selling (IDSS)
    • Posisi wajib ditutup di hari yang sama.
    • Lebih aman karena tidak ada risiko overnight.
    • Cocok untuk pasar dengan volatilitas tinggi.
  2. Regular Short Selling (RSS)
    • Posisi bisa ditahan lebih lama.
    • Membutuhkan pinjaman saham dari sekuritas.
    • Risiko lebih besar karena eksposur lebih panjang.

BEI kemungkinan besar akan memulai dari IDSS sebagai “uji coba” sebelum ke tahap RSS.

 

Potensi Positif Short Selling

  • Cuan dua arah → bisa profit saat harga naik maupun turun.
  • Instrumen hedging → melindungi portofolio jangka panjang dari koreksi pasar.
  • Efisiensi harga → harga saham lebih cepat kembali ke nilai wajar.
  • Tambahan likuiditas → asal ada pengawasan yang ketat.

Namun, peluang ini hanya bisa dimanfaatkan jika ada edukasi yang memadai, infrastruktur pendukung yang kuat, dan stabilitas pasar yang terjaga.

 

Short selling bisa menjadi game-changer bagi pasar modal Indonesia. Tapi langkah ini hanya akan sukses jika dilakukan bertahap, transparan, dan terukur.Intraday short selling (IDSS) sebagai langkah awal adalah strategi tepat, sementara Regular Short Selling (RSS) baru aman jika pasar lebih stabil dan investor lokal lebih matang.

“Pasar yang sehat bukan hanya soal regulasi, tapi juga kesiapan investor untuk memanfaatkan instrumen dengan bijak.”

Login Anggota