Powell menyebut kondisi ekonomi AS saat ini berada dalam “situasi menantang.” Pasar tenaga kerja mulai melemah, sementara inflasi tetap tinggi akibat tarif impor yang melonjak. Kombinasi inilah yang membuat The Fed harus lebih fleksibel dalam kebijakan moneternya.
Mengapa Ini Penting?
Sejak awal tahun, pasar sudah menanti kepastian arah kebijakan moneter AS. Dengan inflasi yang masih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat, investor ragu apakah The Fed akan tetap hawkish atau mulai melunak.
Pernyataan Powell di Jackson Hole dianggap sebagai sinyal pertama bahwa pemangkasan suku bunga bisa segera dilakukan. Bahkan, menurut data FedWatch CME, probabilitas penurunan suku bunga 25 basis poin pada rapat September 2025 melonjak hingga 90%, naik dari sekitar 75% sehari sebelumnya.
Respons Pasar: Rally Spektakuler
Pidato Powell langsung disambut euforia di Wall Street:
- Dow Jones Industrial Average melonjak hampir +900 poin, mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang tahun.
- S&P 500 naik sekitar 1,5%, sementara Nasdaq melesat hampir 1,9%.
- ETF SPDR S&P 500 (SPY) diperdagangkan di level USD 645,31, naik USD 9,56 dibanding hari sebelumnya.
Sektor yang paling diuntungkan adalah perbankan regional, properti, dan teknologi, karena suku bunga rendah akan mendorong permintaan kredit, konsumsi, dan investasi digital.
Pidato Powell di Jackson Hole menjadi titik balik penting bagi pasar global. Sinyal pemangkasan suku bunga bukan hanya memberi napas segar bagi ekonomi AS, tapi juga membuka ruang bagi investor untuk memanfaatkan momentum rally.
Namun, euforia tetap harus diimbangi dengan kewaspadaan. Inflasi masih menjadi tantangan utama, dan setiap keputusan The Fed bisa memicu volatilitas baru di pasar.
Karena di balik peluang besar, selalu ada risiko yang harus diperhitungkan.